Kejadian konyol minggu
lalu, benar-benar tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup, tertinggal
pesawat pulang ke Surabaya dari Kuala Lumpur Malaysia
Kini
saya hanya bisa tersenyum ~ gigling ~
terhadap apa yang sudah saya alami minggu lalu. Boleh dibilang ini adalah
pengalaman pertama dan saya harap menjadi yang terakhir dalam catatan
perjalanan saya. Tertinggal pesawat lima menit dan harus mengeluarkan uang
beberapa ratus ribu untuk bisa pulang ke Tanah Air.
Urusan
tertinggal alat transportasi ini, sebelumnya menjadi topik hangat dan bahan
ejekan teman-teman peserta Ijen Festival (IF)
dari Jakarta, yang mengalami hal sama ketika mereka akan kembali ke Jakarta
sepulang dari Festival. Beberapa teman peserta Ijen Festival 1 tertinggal
kereta api Jurusan Surabaya – Jakarta, gara-gara salah satu peserta yang
membawa tiket terlambat datang ke stasiun Gubeng.
Dan
parahnya, salah satu peserta ternyata punya rekor “ketinggalan” nomor wahid, si
Amir peserta Ijen Festival asal Pakistan yang bermukim di Jakarta, sudah pernah
“menjajal” semua kelas ketinggalan hehe... mulai dari ketinggalan bus, bajaj,
kereta sampai pesawat (lebaay hahah). Insiden ketinggalan kereta ekonomi
Jakarta waktu itu, menjadi topik hangat selama berbulan-bulan, termasuk saya
juga menjadi penggiat komentar :p
Nah..
tepat 4 bulan setelah kejadian, saya sendiri mengalami hal naas dalam
perjalanan liburan. Sebelumnya, saya hampir tertinggal kereta api ekonomi
Surabaya – Klaten, Alhamdulillah... untungnya
masih terangkut juga. Tapi buntungnya
saya tertinggal pesawat... pesaawaaaat saudara! meski kelas ekonomi, tapi ini
pesawaat T_T. Bagi saya tiket pesawat itu bukan hal yang murah, kecuali ada
promo :p. Perasaan saya ketika itu mungkin kurang lebih sama dengan perasaan
teman-teman IF asal Jakarta yang tertinggal kereta, dan harus membeli tiket
pesawat untuk bisa pulang. Saat itu saya hanya bisa pasrah.. apa mau dikata,
pesawat sudah terbang dan gak ada halte di langit hihii
Saya
sempat panik, karena itu sudah penghabisan waktu, uang saya menipis, di ATM pun
tidak mencukupi, kartu kredit pun out of
limit, tak ada sanak saudara parahnya jaringan internet terbatas..aaahhh
ini yang paling terasa. Terlintas dalam benak untuk pedekate sama mas-mas TKI minta dibeliin tiket, sampai di Indonesia
diganti, tapi saya gak PD alias malu
bin gengsi hahah..(makaan tuhh gengsi kata widy :p).. dan status saya pun No Money, No Wifi, No Cash, No Card, No Ticket...No
Homeeee.
Beruntung
saya punya dua teman yang baik hati, Si Widy yang membantu semaksimal mungkin
memberikan solusi.. tapi sayangnya dia salah memasukkan kode verifikasi kartu
kredit, akhirnya terblokirlah kartu kredit saya, dan seorang teman lagi yang gantheng dan baik hati, mau nemenin sampe dini hari plus menghibur
hati yang dirundung duka hahaha #lebaylagi.. tapi sayangnya lagi.. koneksi wifi
terputus setelah 3 jam, pas ketika dia mau memberikan bantuan kartu kreditnya
untuk beli tiket.. yaaah gimaana dong?!
Stress pengen nangiss (psstt udah nangis
sih..) pusing, tapi juga pengen ketawa ngakak
mengingat kebodohan saya. Akhirnya saya memilih istirahat sejenak di Surau LCCT Malaysia, tidur sejenak sambil
memikirkan solusi. Surau ini adalah tempat favorit saya, kalau pas lagi nginep di LCCT, tempatnya luas dan
jarang yang tahu sehingga bisa tidur, mandi, pip dan pup sepuasnya disitu tanpa
tunggu antrian.
O
lala saya lupa belum sholat Magrib dan Isya, saat itu sudah dini hari, sekitar
jam 3 pagi waktu Malaysia. Dalam sujud, saya berdoa agar diberi jalan keluar
untuk bisa pulang ke Indonesia. Saya juga merenung berintropeksi, apa saja yang
membuat tertinggal pesawat. Ini adalah perjalanan tunggal kedua saya ke Luar
Negeri, dan kali ini saya benar-benar menikmati.
Saya
suka sekali traveling, sejak kecil
keluarga kami sudah terbiasa dengan liburan ke luar kota, mungkin dari
kebiasaan itulah yang membuat saya semakin gila traveling. Dalam setiap perjalanan saya menemukan hal baru, teman
baru, solusi baru, dan juga saya melihat Tuhan, begitu dekat. Harapan
saya, setiap perjalanan yang saya lakukan bisa lebih mendekatkan diri dengan
Tuhan.
Dan
saya pun merunut kronologi perjalanan
saya sejak dari Surabaya – Johor Bahru – Singapore – Penang – Kuala Lumpur. Hal
apa saja yang akhirnya membuat saya “merana” tertinggal pesawat. Seperti yang
diajarkan oleh Ustadzah Maryam Maziun, guru sekaligus sahabat tersayang, beliau
sering berpesan agar kita selalu intropeksi terhadap diri :
“beristighfarlah setiap kali menemui musibah,
lalu ingat-ingatlah dosa apa yang kira-kira bisa menyebabkanmu bertemu musibah”
Astaghfirullah..
banyak sekali hal-hal kecil yang saya remehkan, dan juga kelalaian yang tidak
seharusnya saya lakukan, baik sebelum dan ketika sedang dalam perjalanan. Malu
rasanya menulis dosa-dosa saya disini, cukuplah saya dan Tuhanku yang tahu dan
semoga Engkau mengampuni.
Saya
telah melihat Tuhan tepat dihadapan, tapi saya dengan sombong tidak memeluk dan
menciumi-Nya, bahkan saya lupa tersenyum pada Tuhan.... Aih betapa congkaknya
diri ini, sedangkan bumi tempatku berpijak, adalah milik-Nya, langit tempat
pesawatku terbang ada dalam genggaman-Nya, setetes noktah jiwa ini juga berada
dibawah kehendak-Nya.
Kemudian
sebuah Firman terlintas menyambar seperti petir .. mengingatkan aku bahwa Allah
sangat benci kepada hambanya yang berjalan secara congkak di muka bumi-Nya.. Oh
Tuhan, inikah cara-Mu menciumku? Terima kasih Tuhan .. aku suka cara-Mu merindukanku
... dengan membuatku tertinggal pesawat... agar aku mau berpikir
Astagfirullahaldzim..
Seni dalam Perjalanan selalu mengajarkanmu bagaimana seharusnya engkau
menjalani hidup.
hmmm.... Semoga aku gak pernah mengalami nasib serupa! Amin! Bener, ketinggalan kereta sih oke ya, tapi kalo ketinggalan pesawat itu rasanyaaaaaaa.......... &^$#$&@)(%#(*(*
ReplyDeleteaamiin ndreee... jangan sampee dehh.. meranaaa oo sungguh meranaa hahah #lebayyy
ReplyDeleteSiapa bilang backpacker itu asal jalan..? backpacker itu disiplin :D sepakat?