Sudah lama
saya mendengar tentang salah satu spot wisata ini, pertama kali ke Malaysia
saya ingin mengunjungi tempat ini, tapi sayang waktu dan itinerary yang tidak pas,
karena selain My First Solo Trip, jadi
saran si ganteng Alid, mending yang gampang dulu deh..!
Yah memang bener kata orang, mimpi itu adalah doa
dan bisa jadi nyata jika kita benar-benar berusaha untuk menggapainya, entah
dengan cara apa Tuhan akan mengirimkan mimpi itu kepada kita. Dan sekarang,
mimpi itu benar nyata!
Melihat
kunang-kunang di Kampung Kuantan, Kuala Selangor Malaysia. Teman-teman yang
pernah tinggal di kampong pasti tahu apa itu kunang-kunang, entah kalau
anak-anak jaman sekarang, apakah mereka tahu hewan ini? Di kampung ini katanya sarang-nya kunang-kunang kalau malam
hari, bertengger di pohon-pohon bakau yang tumbuh di rawa.
Jenis tumbuhan
bakau di sepanjang Sungai Selangor ini bernama Sonneratia caseolaris, atau dalam Bahasa Melayu dikenal dengan
pohon berembang. Info yang saya baca, pohon ini adalah sumber makanan bagi si
kunang-kunang. Di Surabaya ada juga eco-wisata
mangrove dengan pohon bakau tapi jenisnya beda dengan yang disini, di Surabaya
di tanam pohon bakau jenis Avicenia
marina, lebih disukai burung-burung dan hewan-hewan reptil, jadi tidak
ditemui kunang-kunang disana, tapi saya belum pernah sih kesana malam-malam he
he he
Ada orang
bilang, ngapain jauh-jauh ke sana cuma lihat
kunang-kunang, disini juga ada! Yaah bukan masalah jauh dekatnya, tapi
sensasinya hehehe. Bukan itu juga sih, bagi saya kunang-kunang itu adalah
kenangan indah masa kecil. Dulu waktu di kampung, ketika malam tiba, biasanya
di musim kemarau kalau saya gak salah ingat, suka ada kunang-kunang di belakang
musholla, yang bersebelahan dengan
kuburan umum. Saya dan kawan-kawan suka bermain kesana, di selokan samping
musholla menangkap kunang-kunang.
Nah sekarang,
saya disini Kampung Kuantan, kampung kecil yang dikelilingi oleh kebun karet
dan kelapa sawit, sekitar 56 km dari Kuala Lumpur dan cuma 9 km dari Kuala
Selangor. Begitu memasuki kampung ini, suasananya khas pedesaan, lampu
remang-remang, karena belum banyak penerangan, dan suara jangkrik bernyanyi
menyambut kami.
Untuk bisa
menikmati wisata ini, setiap pengunjung diharuskan membeli tiket sebesar RM 50,
harga ini untuk tiket perahu 4 orang. Lohh kok naik perahu..?? naah itu dia
bedanya, kita bukan datang, trus
jalan kaki lari-lari nangkap kunang-kunang, tapi disini kita akan menyusuri
Sungai Selangor dengan perahu dayung (sampan), dan melihat kunang-kunang yang
sedang bertengger di ranting-ranting pohon berembang, trus tantangannya apa??!
Nah sebelum
susur sungai, kita diharuskan mengenakan jaket keselamatan, berupa jaket
pelampung… wah jadi ngeri nih, gak
kok si abang yang mendayung sampan sudah puluhan tahun terlatih, bagaimana
harus mengarahkan dan mengendalikan sampan, kita cukup duduk saja dengan
tenang, agar sampan tak oleng ke kanan atau kiri.
Sekitar dua
puluh menit, kita dibawa menyusuri sungai Selangor, sambil menikmati pemandangan
kelap kelip dari cahaya kunang-kunang.. wooww indah sekali! Suasananya begitu romantis,
seperti sedang di Venesia naik Gandola, pas waktu itu lagi terang bulan, jadi
semakin cantik!
Saya satu
sampan dengan Bang Syafrie di depan, dan di belakang kami duduk manis dua pria
manis si Helga dan Kus Andi. Dasar bang Syafrie, gak di darat gak di laut tetep aja kocak jenaka, kami terkekeh
mendengar sumpah serapahnya karena tak bisa mengambil gambar kunang-kunang
Gelap tanpa Cahaya... :( |
Si Kus bilang,
“bentar ya aku numpang tripod di bahu,
jangan gerak jangan goyang …diam ya diam..” ehh bukan saya bapak yang goyang-goyang,
ini si paman pendayung yang bikin perahunya goyang! Sedangkan si Helga berusaha
merekam video suasana malam itu, dan tak kalah heboh Bang Syafrie menyumpah
serapah dengan gaya yang kocak, karena kesal tidak mendapatkan satu titik
cahayapun dalam kamera, yang ada kami digigit nyamuk rawa.. gatalnya minta
ampun! Bengkak sampai 3 hari tangan saya
Akhirnya kami pasrah, beruntung dan mengucap Alhamdulillah kami diberi mata dan masih berfungsi sempurna, meski dalam gelap mampu melihat keindahan cahaya kunang-kunang, biar hati dan mata ini saja yang merekam seluruh kenangan indah bercampur romantis malam itu, ditemani sinar bulan purnama.. aiihh sayang kamu gak ikut ya..! (iya kamu yang diam-diam baca tulisan ini he he he )
Saya-pun
mencoba mengambil gambar bulan purnama, meski sedikit goyang dan blur, tapi
membuat hati sedikit lega, karena ada satu gambar yang bisa kami bawa pulang,
Nah sekarang giliran kamu semua untuk datang ke tempat ini, dan membuktikan
sendiri tantangan Night Photo Hunting!
Bisaaa..??!
Oh ya.. semoga
ini menjadi masukan untuk pemerintah setempat, untuk menuju kesini katanya sih
belum ada transportasi umum, jadi harus sewa mobil atau mungkin ikut group
tour, semoga kedepan disediakan transportasi umum yang mudah dan terjangkau
untuk wisatawan yang akan berkunjung ke sini.
Dulu di kampung gue masih sering nemuin kunang2, tapi sekarang nggak ada lagi, waktu di kampung kunang2 pun saya merasa kembali ke masa kecil dulu. wisata begini yang kata orang biasa tapi bisa dikemas secara apik.
ReplyDeleteiyaa.. waktu disitu seperti sedang masuk ke dunia masa kecil yang indah..ciee (lebay) hahaha
Deletenahh itu dia bedanya kita sama mereka, mungkin saking indahnya negeri kita ini.. jadi gak perlu dikemas biar menarik wisatawan.. hmm sayang ya! :(
I could see them being very helpful with other species of animals from deer to coyote to mountain lion.ginklas.lt
ReplyDelete