Sejatine Urip Mung Ngampung Dolan

Responsive Ads Here

Sunday, December 16, 2018

A Journey Called Marriage


Marriage is a journey .. begitu yang disampaikan oleh Eleanor, rekan kerja baru di tempat saya bekerja. Pernikahan bukan hanya sebuah akta yang tertulis hitam diatas putih kemudian disaksikan ratusan bahkan mungkin ribuan orang hingga diserukan kata SYAH!

Perempuan empat puluh satu tahun asal Ghana ini mengadu nasib di Belanda sudah sejak 21 tahun lalu, menikah dengan seorang pria Ghana dan dikaruniai anak laki-laki berusia 16 tahun. Dia seorang Kristiani yang taat dan memegang teguh prinsip-prinsip Ketuhanan. 

Pernikahan adalah sebuah perjalanan yang menyatukan dua anak manusia berbeda latar belakang, budaya, gaya hidup, pola pikir bahkan sampai selera makan. Tidak mudah menyatukan dua kepala tersebut untuk akur dalam sebuah rumah tangga, berjalan seirama menuju tujuan yang sama.

Saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan Eleanor. Dijaman yang serba instant banyak orang juga berpikir secara "instant" dalam memutuskan sesuatu. Pernikahan bukanlah sebuah permainan yang bisa bubar kapan saja ketika kita sudah bosan bermain. 

Keluarga Kecil

Pernikahan memerlukan kesiapan mental, batin juga material yang akan diuji oleh banyak hal dalam perjalanannya hingga surga. Memang terdengar rumit, tapi pepatah Jawa bilang dilakoni karo mlaku merupakan jargon yang tepat dalam segala hal. 

Artinya .. hidup berumah tangga itu memang tidak mudah, akan tetapi bukan hal mustahil untuk diwujudkan bersama menuju pernikahan bahagia, mawaddah dan warahmah dengan catatan kedua belah pihak mau bekerja sama. 

Tidak hanya saling mengerti, saling memahami, toleransi, menghormati, nrimo alias menerima kenyataan, memaafkan, tapi juga menyeimbangkan ego masing-masing. Kita tidak bisa menekan ego karena menurut pendapat saya hal tersebut akan menjadi bumerang dikemudian hari.

Ibarat sebuah organisasi, pernikahan pun memiliki hierarki dan keduanya memiliki peran masing-masing yang saling mendukung. Secara kodratnya laki-laki adalah imam atau pemimpin keluarga meski terkadang perempuan lebih dominan dalam rumah tangga. 

Banyak istri yang lebih pintar dari suaminya atau lebih tinggi penghasilannya, terlepas itu karena perbedaan strata pendidikan atau kecerdasan otak, akan tetapi tidak banyak istri yang mampu menempatkan dirinya dalam hierarki rumah tangga. Sehingga sering kita lihat pernikahan yang berhenti di tengah jalan gara-gara tidak mampu menyeimbangkan ego.

Kapan Menikah?

Lalu kapan kita bisa dikatakan siap menikah? Jawabannya sangat individual dan jodoh selalu datang tepat pada waktunya sesuai garis Tuhan. 

Jangan memutuskan menikah ketika malu di cap "tidak laku" di usia melewati kepala tiga, atau karena teman-teman sepantaran sudah menikah, akhirnya kita juga pingin ikut-ikutan menikah dengan moto pokoke rabi karo sopo ae sing gelem he he he.. 

Marriage is a Journey!

Beruntung kalo keputusan menikah itu benar, tapi kalau ternyata menjadi keputusan yang salah hingga akhirnya harus berpisah .. wah itu lebih runyam lagi apalagi kalau sudah ada anak, akan ada lebih banyak yang terkorbankan karena ego kita. 

Menikahlah karena kita benar-benar mengerti apa yang kita lakukan, resiko dan kedepannya akan seperti apa. Memilih pasangan juga tidak mudah di jaman yang serba rumit ini. 

Tapi saya percaya ayat Tuhan bahwa perempuan buruk hanya untuk laki-laki buruk, sedangkan perempuan baik juga untuk laki-laki yang baik. Ketika memahami konteks ayat ini janganlah berpikir bahwa laki-laki/perempuan baik itu ya yang dari kecil mendapat pendidikan tinggi, kehidupan yang baik, atau orang tua yang baik pula.

Memang sih bibit bobot bebet menurut prinsip orang Jawa itu sangat penting, tapi kita kan tidak pernah tahu hati manusia? Yang membolak-balikkan hati manusia itu cuma Tuhan, ketika ingin mendapatkan laki-laki/perempuan baik .. belajarlah menjadi orang baik dulu ;)

Menurut kakak sepupu saya, suami istri itu seperti cermin yang saling memantulkan cahaya. Keburukan kita juga akan terbias pada sifat/karakter suami tanpa kita sadari. Kadang kita melihat pasangan suami istri nggak seimbang .. itu istrinya kasihan kok dapat lelaki perangai kasar .. tapi kalau kita telusuri lebih dalam, pasti ada sesuatu yang buruk juga dari perempuan itu cuman tidak nampak di permukaan seperti perangai suaminya.

Menua Bahagia

Bahkan saya memegang dawuhnya Kyai Muzzammil, bahwa Tuhan itu akan bekerja dengan caranya untuk memisahkan/menyatukan suami istri yang tidak sekufu/se frekuensi. Kalau misal anda adalah suami/istri yang "merasa baik" kemudian bertemu pasangan yang tidak baik, secara alamiah proses itu akan berjalan .. mau contoh nyata?! Bisa kita lihat pada perjalanan hidup Maia Estianti ;).

Nah ketika kita sudah siap untuk menikah (menurut perhitungan Tuhan loh ya) atau secara utuh batin kita mikir nikaaaah aja hihihi ... InsyaAllah jodoh itu akan segera didatangkan, tidak perlu menunggu lama .. dalam waktu singkat kalau jodoh pasti bertemu .. cie ciee.

Jangan berkecil hati ya untuk teman-teman yang sedang dalam perjalanan menuju pernikahan, dan juga untuk teman-teman yang sedang menghadapi permasalahan rumah tangga, semoga dimudahkan dan diberi petunjuk untuk terus belajar bersama dalam bahtera rumah tangga.


2 comments:

  1. Kalau melihat ke pernikahan orang2 terdekat sih, rasanya pernikahan itu memajg sebuah perjalanan. Gak mungkin seneng dab lancar terus, pasti ada sandungan dan belokan. Yang terpenting adalah orang yg kita pilih sebagai partner dalam perjalanan ini. Beli baju aja kita milih2, apalagi pilih partner perjalanan hidup, hehehe. Semoga yg sedang berproses dilancarkan, yang sudah menikah dilanggengkan sampai kakek nenek 🤠🤠🤠

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung, sampaikan salam anda disini ya :)