Well ... ini kenapa saya tertinggal
pesawat, saya merencanakan liburan mendadak, 4D3N, ke Singapura dan Pulau Penang, via Johor Bahru Malaysia.
Gara-garanya ada penawaran tiket murah dari Air Asia, satu bulan sebelum
keberangkatan.
Salah Satu Sudut Kota Penang |
Dengan
alasan itulah saya putuskan untuk berkunjung satu hari saja di Singapura,
kemudian di lanjut ke Penang. Sebuah pulau yang berada di Barat Laut Malaysia, dan
saya sudah lama teracuni oleh tulisan Mas Ariy – penulis traveler hebat asalSolo -. Saya ingin sekali ke Penang, karena banyak wisata heritage dan Penang
Hill adalah spot yang menarik saya untuk berkunjung
Okey..
sekarang saya berkisah tentang kenapa ketinggalan pesawat, gara-garanya saya
kurang disiplin. Saya berangkat dari Singapura ke Penang dengan pesawat pagi,
tiba disana sudah menjelang siang. Rencananya hari itu explore Penang yang diatas bukit dulu, Penang Hill, kemudian
sorenya sekitar kawasan heritage UNESCO, dan besok pagi santai-santai di hostel
lanjut cabut ke KL untuk kembali terbang ke Surabaya
Ternyata,
saya terbius oleh kecantikan Penang Hill, benar kata Mas Ariy, I do LovePenang, dan dua hari itu tidak cukup. Saya berjanji, suatu saat kembali lagi ke
pulau ini. Jadwal sedikit berantakan, karena saya terlalu letih setelah sehari
penuh jalan kaki di Singapura, dan lanjut ke Penang. Saya lebih banyak duduk
menikmati pemandangan Pulau Penang dari puncak bukit.
Lalu
sorenya, saya batalkan untuk mengunjungi tempat-tempat yang sudah saya
jadwalkan. Setelah makan sore di Kedai India, saya memutuskan kembali ke hostel
untuk beristirahat, hari sudah mulai gelap dan saya pun terlelap.
Rencananya
esok hari, bangun pagi-pagi terus ke kantor pos laju Malaysia, karena saya gak sempat ketemu Buyer di Ipoh Malaysia untuk mengantar order, kemudian lanjut
jalan-jalan. Eee bener-bener manusia berencana Tuhan yang menentukan. Saya
terlambat bangun, karena kecapekan, udah gitu.. saya berleha-leha di hostel,
karena sarapan baru ada jam 8 pagi, itupun cuma segelas teh / kopi dan roti,
telur yang dijanjikan eh ternyata gak
ada.
Lepas
breakfast saya masih malas-malasan,
malah bbm-an dengan akses wifi dari hostel, baru jam 9 pagi saya keluar ke
kantor pos, dan setelah itu mengunjungi tempat-tempat heritage yang konon katanya
masuk daftar UNICEF. Penang benar-benar membuat saya lupa diri, kotanya tidak
terlalu besar tapi semuanya tertata rapi bahkan gedung-gedung peninggalan
dijaga dengan baik, beda sekali dengan Surabaya :D (semoga Bu Risma baca
tulisan ini ya hehe).
Makanan
di Penang benar-benar menggoda iman, meski saya belum dan tidak punya
kesempatan banyak untuk mencoba semuanya, yang jelas seafood nya sudah beberapa saya cicipi.. yeaaa I am seafood lover! Siang itu Penang terik sekali, tapi saya enjoy saja berkeliling, saya duduk
berlama-lama di Esplanade – Padang Kota
Lama, sebuah lapangan yang
sebenarnya alun-alun kota, namun berada di tepi laut. Udara panas pantai dipadu
dengan rindangnya pepohonan membuat suasana terasa damai sekali.
Pejalan Kaki di Penang |
Pukul
satu siang saya pamit meninggalkan hostel, awalnya saya akan menuju Jeti tempat
penyeberangan ferry ke Butterworth tempat Bus ke Kuala Lumpur berada, tapi
pemilik hostel menyarankan untuk mengambil jalur Penang – Kuala Lumpur via
jembatan, karena lebih cepat katanya. Dan untuk itu saya disarankan ke Komtar, salah
satu pusat kota Pinang yang juga berdampingan dengan terminal bus.
Akhirnya
saya mengikuti saran pemilik hostel, sebenarnya jarak antara hostel ke Jeti
(Pelabuhan Fery) lebih dekat daripada Komtar (Terminal Bus), tapi karena saran
darinya ya saya turuti saja.. disana memang banyak agen-agen penjualan tiket
bus menuju berbagai kota di Malaysia. Oh ya.. untuk teman-teman yang belum
pernah ke Malaysia, sistem penumpang dan perjalanan menggunakan bus tidak sama
dengan yang ada di Indonesia pada umumnya, disana bus antar kota hanya tersedia
pada jam-jam tertentu, dan itupun menggunakan tiket. Jadi jangan harap bisa
naik bus di pinggir jalan seperti kita pas
mau ke Surabaya – Malang, disana tiket bus dijual oleh agen yang juga pemilik
armada langsung, sudah ada harga terpampang, kita bisa memilih P.O mana yang
akan kita tumpangi, satu agen menjual satu tiket P.O. sistemnya kurang lebih
sama seperti menumpang bis malam jarak jauh di Indonesia, penumpang sudah ada
tiket dan nomor kursi, di dalam bus tinggal tidur :D
Nah
sesampai di Komtar, kurang lebih 25 menit, saya langsung mencari tiket bus ke
Kuala Lumpur. Alaamaaaak... celaka tigabelas hampir semua tiket bus ke Kuala
Lumpur terjual habis, maklum kala itu liburan long weekend Idul Adha, jadi banyak warga Malaysia sendiri yang
pulang kampung. Tiket yang tersisa hanya pada pukul 4 sore, menurut petugas
tiket lama perjalanan kurang lebih sekitar 4 – 5 jam, tergantung kondisi lalu
lintas. itu artinya saya baru bisa
sampai Kuala Lumpur sekitar jam 9 malam atau bisa-bisa jam 10 malam, sedangkan
pesawat saya 9.25 (seingat saya waktu itu)
Seluruh
pintu agen penjualan sudah saya masuki, dan hasilnya nihil tiket yang tersisa
hanya jam 4 sore, saya mencoba bertanya kepada penduduk lokal, sarannya saya
disuruh pergi ke Jeti pelabuhan fery dan menyeberang ke Butterworth.. O la laaa
kenapa tadi saya tidak mengikuti rencana saya sendiri. So jika kawan sudah
yakin dengan itinerary yang sudah
dibuat sejak di tanah air, dan info-info dari situs terpercaya, maka jangan
sekali-kali merubahnya kecuali anda punya waktu panjang! #tips
Berlari
sekuat tenaga dengan backpack segede
gaban, belum lagi ditambah “beban bawaan badan” heheh biasanya saya tidak kuat
lari tapi kali ini saya terpaksa lari demi pesawat. Penyeberangan fery di
Penang hampir sama dengan penyeberangan Selat Surabaya – Madura, tapi anehnya
penumpang pejalan kaki tidak dikenakan tiket, saya mengikuti penumpang lain
berbaris, kemudian ketika pagar dibuka kami langsung masuk. Saya kaget karena
berada di satu dek dengan mobil-mobil yang juga akan menyeberang, dan tidak
ditarik karcis.
Penang dari Kejauhan |
Saya
bilang, saya harus berangkat sekarang karena pesawat saya jam 9 malam, akhirnya
saya dibantu mencari tiket di agen lain. Lagi-lagi celaka! Semua tiket habis
terjual untuk keberangkatan pukul 2 siang. Dan ketika saya kembali ke agen
pertama, tiket jam 3.30 juga sudah habis... Aihhhh!
Sambil terus mencari, lidah saya tak henti berdoa dan istighfar agar dipermudah perjalanannya. Dan akhirnya saya menemukan satu agen yang berada paling ujung sendiri, keberangkatan jam 3 sore, dan si mbaknya bilang waktu tempuhnya 4 jam, okelah kalau begitu DEAL! Lelah berlari dan mencari, saya berkeliling mencari bangku kosong di dekat “platform” (jalur bus) yang ditunjuk, supaya tidak susah nantinya kalau bus berangkat. O..ooo tidak ada bangku kosong, semua penuh, terpaksa menunggu sambil berdiri, beruntung beberapa menit kemudian ada orang yang berangkat, dan bangku kosong didekat nenek tua yang tiba-tiba menceracau saya kuasai.
Sebenarnya
saya malas untuk duduk disebelahnya, karena dugaan saya si nenek ini pikun atau
sedikit stress hingga ngomel semaunya
seperti orang marah-marah. Apa boleh buat badan sudah tidak bisa diajak
kompromi. Ketika saya duduk, si Nenek hanya mengerling, sedangkan semua orang
memandang ke arah kami, saya sih cuek aja
toh juga nenek-nenek paling-paling kalau lagi marah saya kena pukul.
Semakin
lama si Nenek semakin lantang ngocehnya, sesekali berhenti kemudian melihat
saya, dan bertanya mau kemana dengan bahasa Melayu yang susah saya mengerti.
Kemudian ketika marahnya reda dia bertanya lagi, tapi saya tidak tahu apa.
Balas saya bertanya balik, mau kemana Nek, dia menjawab tapi saya juga kurang
jelas. Naaah ini nih pertanyaan bodoh yang saya lontarkan :
“Nenek sendiri saja..
tunggu siapa disini?”
“Ya tungguu baasss laaah
wmxmmxmwnmnfmn wehhajghgwege...”
panjang menceracau telak jawabannya membuat seluruh orang tertawa. Dan saya pun
juga ikutan nyengir kenapa tanya macam-macam. Lalu si Nenek tiba-tiba melotot
melihat saya nyengir-nyengir, dia langsung geram bertanya “Apa gelak-gelak..jangan gelak-gelak...?!”
Hupsssfhh
jantung saya hampir copot, saya menahan geli dan orang-orang disekitar juga
kasihan melihat saya, tapi selamat .. akhirnya si nenek ngeloyor pergi sambil
terus menceracau, diganti penumpang lain yang berebut duduk. Saya bertanya
kepada orang disamping saya, apakah nenek itu gila? Hahahah jawabannya tidak
tahu, tapi mungkin. Hmm nasib!
Mendekati
jam 3 sore, pengurus armada bus memanggil saya untuk bersiap-siap karena Bus
akan tiba. Girangnya hati mengetahui akan berangkat, dan tepat jam 3 sore saya
sudah duduk manis dalam bus, ternyata bus yang saya tumpangi adalah bus Dari
Hat Yai Thailand menuju Kuala Lumpur, hanya ada empat bangku yang kosong,
lainnya penuh sesak.
Saya
membunuh waktu perjalanan dengan lebih banyak tidur, karena sejak dari
Singapore kurang istirahat. Tetapi galau saya juga masih belum reda, karena
saya terlewat Sholat Dzuhur, masih khawatir apakah bisa mencapai KL tepat jam 7
malam. Tiba-tiba bus berhenti, dan supir bus berteriak .. toilet ..toilet..
boleh sembahyang juga.. Ahaaa senangnya saya, karena memang sejak tadi menahan
pip, dan ada kesempatan solat jamak Dzuhur – Ashar.
Perjalanan
dilanjutkan, tapi celakanya selang beberapa menit kami terjebak macet, karena
ada kecelakaan di toll, yang menyebabkan lalu-lintas padat, berjalan bergantian
karena ada proses evakuasi. Aduhhh level cemas saya sedikit naik, tapi saya
berusaha untuk tenang dan beristighfar sebanyak mungkin.
Lolos dari kemacetan, bus kembali melaju, dan tanpa saya sadar penumpang depan dan samping kursi ternyata berasal dari Indonesia, SURABAYA juga tepatnya, kami saling ngobrol dan ini mampu mengurangi sedikit ketegangan saya. Upss apa lagi ini, bus tiba-tiba berhenti, dan supir berteriak ... Toileet toileeet... saya turun setengah berlari, untuk menghemat waktu, tapi sayangnya ada salah satu penumpang yang lamaaaaa bangett >_< ternyata si Ibu solat magrib dan tidak ngomong ke supir, aduhhh jam sudah menunjukkan pukul 7, tapi Kuala Lumpur masih belum juga nampak..
Waktu
terus berjalan.. hampir setiap pergantian menit saya tidak pernah berkedip,
tapi parau menelan ludah. Benar kata Yuri, teman SMA saya dulu.. kalau orang
sudah diburu waktu, secepat apapun supir bus melaju, rasanya lambat kaya
keong.. sayang saya gak bisa nyupir
bus.. kalau bisa sudah saya ambil hahaha.. Jam 8 malam, bus sudah masuk kawasan
Kuala Lumpur, dan saya langsung maju kedepan, dikira minta berhenti, eh
ternyata pas dekat KL Sentral, jadi saya tidak perlu turun di Pudu Raya.
Lariiiiii
.. LRT yang saya tuju masih di Pasar Seni, masih satu stasiun lagi sampai KL
Sentral.. aaaghhh... gugup didepan mesin tiket LRT membuat sedikit macet,
uangnya gak mau masuk ...aduhhh kaaah!. Sampai di KL Sentral, saya berlari ke
penjualan tiket, dan kata si penjaganya masih ada kereta kesana, langsung di
cetak tiket .. 12,5 RM .. O lalala lagi2 saya ceroboh.. duit Ringgit sudah
habis, yang ada tinggal 10 RM saja.. aduhhh pengen rasanya saya minta
dibayarin.. trus saya tanya kira-kira sampai sana jam berapa.. Jam 9.50 katanya, haaaaaaaaaaaaah...?
pesawat saya jam 9.25 (pikir saya saat itu)..
Saya
ngloyor lemes menuju ATM, setelah
mengambil beberapa ringgit saya justru tidak jadi beli tiket ke LCCT, malah
saya mencari warnet di KL Sentral, karena pernah saya baca disitu ada. Nah
ketemu warnetnya lumayan murah dibanding di LCCT, satu jamnya 2RM, di toko buku
lantai atas. Saya sibuk searching ticket...ahh gilaa semua tiket mahal.. otak
saya macet.. dan tambah macet ketika saya buka e-mail dari Air Asia kalau
penerbangan ternyata bukan jam 9.25, tapi 9.45... persis 5 menit sebelum saya
datang...
Agggghhhh
seandainya tadi lepas dari ATM saya langsung cabut ke LCCT.. mungkin saya masih
bisa mengejar.. meski tidak mungkin.. at least saya bisa dadahhggh bye bye ke pesawat seperti yang dilakukan Mbak Candy pas waktu ketinggalan kereta
ekonomi ke Jakarta... jreeeengg itulah kisah saya.. bagaimana kisahmu? hihih
Hahaha... tertawa sambil membayangkan tiap adegan yang dilewati-mu jeng ;) benakku langsung penuh dengan imajinasi. Yup, satu hal yang pasti jika sudah membuat itinerary, laksanakan, jangan ubah sedikitpun karena itu pasti akan berimbas ke semua rencana. Glad that you can home safely jeng ;) and definitely it will be a lovely story to tell anytime :D
ReplyDeleteEva
hahaha bangett Mbak Eva.. itulah gak enaknya pergi sendiri..
ReplyDeletekalau ada apa2, apalagi seperti saya yang suka panikan, bawaannya udah desperado gitu.. xixixi
Ahahahahaha yaa sebagai pembelajaran deh yakkk, hanya bisa ngakak dan semogaaaaaaaaaaaaaaaaaa gak kejadian sama gueeeee
ReplyDeletepreeeettt... ati2 yoo aku juga dulu ngetawain temen2ku yang ketinggalan kereta hahahaha.. akhirnya kena dewe.. tapi kalo si Pangeran Alid.. mah udah jagooo..xixi ditunggu cerita Jepangnya :D
ReplyDelete