Boscha,
pertama kali saya mendengar tempat ini ketika saya masih duduk di bangku SD, Pak Panji guru pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kala itu, yang
sedang menjelaskan tentang Bumi dan kedelapan planet lain.
Boscha Lembang Bandung |
Tempatnya jauh, di
Bandung Jawa Barat, cerita guruku kala itu, dibangun oleh orang Belanda untuk
meneliti luar angkasa, dengan menggunakan teropong bintang, jelas Pak Panji di ruang kelas SD
Dabasah VII, Bondowoso tempat aku belajar. Waktu itu saya tidak pernah
membayangkan akan mengunjungi Boscha, hanya melihat letak Kota Bandung melalui
peta, dan memang butuh dua tangkup tangan atau sepuluh jari untuk menghubungkan
Kota Bandung dan Bondowoso.
Kemudian
ketika masuk SMA, saya begitu tergila-gila dengan ilmu fisika daripada biology
atau kimia, karena di SMA 2 Bondowoso, guru Fisika-nya sangat menyenangkan,
apalagi ketika bercerita tentang metafisika. Pak Sahari namanya, dari beliau
pula saya pernah mendengar istilah polusi cahaya.
Dan
awal Desember lalu, adalah pertama kali bagi saya mengunjungi Bandung, tentunya
dengan tiket murah Air Asia, Surabaya – Bandung cuma dua ratus ribu plus plus
saja. Bergabung dengan traveller asal
Kota Jakarta, Aceh dan Bandung, saya mencantumkan BOSCHA Lembang sebagai spot
yang wajib dikunjungi.
Saya
semakin penasaran dengan Boscha, ketika melihat film Petualangan Sherina, yang ngumpet
di Boscha, kemudian melihat bintang dengan teropong. Indaaah sekali! Melihat
bintang sebenarnya bukan hal yang istimewa tapi sangat spesial bagi saya, dulu
ketika di kampung, saya sering duduk di beranda rumah ditemani kakek, bercerita
sambil melihat bintang di langit, berceloteh hingga larut, berlomba menghitung
bintang yang paling terang di langit, ditemani suara jangkrik.. Romantis bukan?
Lihatlah bintang di
langit itu gula jawaku (panggilan sayangku, baca elegy buat opa) , yang selalu
berpijar menerangi malam, meski kadang terlihat bahkan tak terlihat, teruslah
berpijar, karena gelap tidak indah tanpa cahaya! Dan kamu adalah bintang paling
berpendar di langit malam kakek..
Itu adalah kata-kata yang selalu aku ingat dari kakekku, dan jika saya sedang
rindu, saya memandang bintang di langit.
Sayangnya
di Surabaya tidak mudah melihat langit kelam bertabur bintang, yang ada merek
bir bintang dimana-mana hehe. Wah jadi bernostalgia nih ceritanya. Okey Boscha
akhirnya kita sampai, terletak di daerah Lembang yang sejuk, di puncak bukit.
Suasananya hampir persis seperti di Guest
House Jampit, Sempol.
Yang
khas dari Boscha adalah bangunan berbentuk tabung dengan atap setengah
lingkaran, didalamnya terdapat sebuah teropong Zeiss dengan ukuran cukup besar,
mirip rudal tergantung di langit-langit atapnya. Di atapnya ada celah yang
dapat di buka tutup, untuk mengintip angkasa, tapi sayangnya pengunjung tidak
boleh mencoba melihat dibawah teropong itu. Di dindingnya dilengkapi foto-foto
koleksi teropong yang dimiliki Boscha.
Kami
datang sedikit terlambat, karena masih asyik berfoto-narsis ria di depan gedung
Boscha, beberapa rombongan di depan sudah terlebih dulu masuk dan mendengar
penjelasan dari Trip Leader Boscha.
Berdasar info dari guide nya, ada 22
buah teropong yang tersimpan di Boscha sejak jaman Belanda, tapi sayangnya 1
teropong hancur terkena serangan meriam waktu jaman Perang. Teropong-teropong
itu mempunyai fungsi masing-masing dan di simpan di beberapa gedung berbeda
yang bangunannya menyerupai silo khas Belanda.
Sekitar
20 – 25 menit mendengar penjelasan, kami dipersilahkan untuk masuk ke ruang
multimedia di gedung bawah, lagi-lagi kami masih asyik dengan foto-foto.. dan
sedikit menyesal sih, karena telat masuk ke ruang multimedia yang ternyata
memberi banyak ilmu baru tentang luar angkasa.
Photo Source : Link |
Seperti
sedang mengikuti kuliah umum tentang Astronomi, seorang mahasiswa pilihan dari
Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan secara detail,
dibantu gambar-gambar menarik pada layar LCD, membuat kami semakin takjub akan
ciptaan Tuhan, the spaceless Universe.
Mungkin
saya bukan termasuk pengikut berita langit, dari Boscha saya baru tahu, kalau
planet kita ada 8 bukan 9.. Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus,
Uranus, Neptunus .. trus Pluto?? Nah ternyata .. sejak tahun 2006 kalau tidak
salah, ada peniliti luar angkasa dan telah disepakati oleh peneliti Luar
Angkasa se dunia, di Kota apa ya saya juga lupa hehe.. menyatakan bahwa Pluto
bukan termasuk planet, karena dari ciri-ciri dan bentuknya sangat berbeda
dengan delapan planet yang lain. Dan lagi ada banyak planet-planet semacam
pluto yang letaknya di sekitar orbit pluto.. hmm maaf ya kalau penjelasan saya
kurang tepat, tapi begitulah intinya :D karena saya tidak mencatat penjelasan
si Mas nya
Photo Source : Link |
Diskusi
di ruang multimedia itu semakin seru, ada pertanyaan-pertanyaan kocak yang
membuat seisi ruangan terpingkal, misalnya kenapa planet-planet itu tidak
berebutan tempat edar, kenapa mereka tidak bertabrakan meski mengitari orbit
begitu cepat, apakah tidak pusing tuh planet..?? #eaaaaa dagelan ceritanya
hahaha!
Trus saya juga penasaran dengan
penjelasan-penjelasan dari mahasiswa manis tadi, saya melempar pertanyaan
ketika dia menjelaskan bahwa bintang-bintang di angkasa itu jumlahnya milyaran,
dan mengorbit pada tempatnya sendiri-sendiri. Mas lalu langit itu dimana? Kalau dibilang bintang mengorbit pada
lintasannya, apakah langit itu diatas bintang, atau dibawah bintang, karena
jarak bintang dengan bumi sangat jauh.. padahal langit begitu dekat kita
lihat..?! Nah looh!!
Dengan
santai dia menjawab, langit itu tidak ada, langit hanyalah sebuah proyeksi
manusia untuk menggambarkan angkasa..
ini yang disebut Spaceless
Universe. Aduhh otak saya langsung macet.. karena tidak bisa lagi
membayangkan seperti apa di Luar Angkasa sana..! Subhanallah .. Maha Suci Allah dan Segala Puji Bagi – Nya yang memiliki
apa yang dilangit dan di bumi serta di antaranya..! Bacaan i’tidal itu,
seketika begitu berat saya ucapkan, karena sangat sarat dengan makna..
bertambah setitik ilmu yang membuat saya semakin kerdil!
Photo Source : Link |
Kemudian,
penjelasan dilanjutkan pada ukuran masing-masing planet, Bumi adalah planet
ke-3 yang berada paling dekat dengan Matahari, dan katanya lagi jarak tempuh
dari Bumi ke Matahari, kalau diumpakan dengan mobil, kurang lebih akan memakan
waktu 171 tahun, Allah Ya Fath ... itu membutuhkan kurang lebih 3 generasi untuk
sampai kesana, itupun kalau umurnya sampai 60 tahun.
Tiba-tiba
si masnya memunculkan gambar skala perbandingan besarnya bumi, planet-planet
lain dengan matahari, cobalah kawan tengok pada gambar di bawah ini, paparnya.
Sontak saya tercengang! Lalu, diperkenalkan pula kita kepada 3 bintang terjauh
yang diketahui manusia, awalnya saya terpikir Alpha Centaury, tapi ternyata ditemukan yang lebih jauh dan lebih
besar lagi.. namanya Proxima Centaury..
Photo Courtesy : Link |
Allah
Ya Karim ... detik
itu juga saya tercekat! Bumi kita tidak terlihat jika disejajarkan dengan
matahari yang tiap pagi bersinar, dan tiga bintang terjauh lainnya. Kecil
sekali seperti noktah. Dalam benak saya, kalau bumi kita yang katanya luas
terhampar dari utara ke selatan, timur ke barat ini, hanya setitik noktah tak
terlihat.. lalu bagaimana dengan kita???!! Manusia yang kadang sering sombong
dan congkak! Kita hanyalah butiran debu.
Senyap..
sendiri saya merenung sambil beristighfar, saya teringat ayat-ayat Tuhan, yang
menyatakan bahwa Dia-lah yang menggenggam matahari, bumi, dan bintang-bintang
agar tetap beredar di lintasannya, tanpa takut bertabrakan satu sama lain. Lalu
ada ayat lain yang terbersit.. bahwa perjalanan dari langit ke bumi itu
dilakukan dalam sekejap mata oleh Malaikat, namun 1000 tahun oleh manusia..!
Saya yakin Langit itu ada, hanya manusia belum sampai ilmunya.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, sampaikan salam anda disini ya :)