Sejatine Urip Mung Ngampung Dolan

Responsive Ads Here

Tuesday, August 18, 2009

Bis Bald meine Liebe - sebuah perpisahan


Datar lurus menghabiskan puluhan kilometer dinaungi pohon beton di kanan kirinya, jalanan yang baru dilapis aspal hitam seolah memantulkan cahaya kaca menyilaukan mata silindrisku. Membuat siang yang kian condong senja sedikit bungkam. Aku duduk di salah satu bangku mobil seorang teman menuju bandara sambil terus mencuri pandang pada setiap perubahan mimik muka setiap wajah sejak 30 menit yang lalu

Tanpa kusadari... waktu terus bergulir seiring dengan perubahan raut masing-masing wajah yang turut dalam mobil itu. Ada perasaan gembira, asa dan riang yang bersorak diantara kata-kata, tapi aku menangkap kuat mimik beda yang sangat kentara pada masing-masing wajah meski mencoba untuk mengunci rapat di balik kalbu.. Yah sebuah ekspresi yang selalu ada ketika sebuah perpisahan akan dimulai..


Sulit aku menemukan linangan air mata dalam perpisahan yang aku lihat sore itu, tapi aku yakin.. ada hati yang sedikit menangis bukan karena tak rela.. tapi menangis karena ada satu bagian hati yang lepas sebentar dan nanti kembali Insya Allah. Ada sedikit bara yang biasanya menghangatkan suasana, berpendar dari kejauhan dan ada sedikit ceria yang dipinjam oleh belahan bumi yang lain, kini hanya bisa tersenyum melalui kabel telepon, dan pada dasarnya kita juga sedang meminjamnya dari Allah suatu saat pasti kembali. Nah Tahukah kau kawan bagaimana rasanya sebuah perpisahan ?

Perpisahan adalah suatu hal yang sangat menyakitkan bagi orang yang dicintai dan mencintai, tapi suatu hal yang luar biasa menggembirakan bagi orang yang saling membenci. Subhanallah maha suci Allah yang Maha Halus.. yang meminjamkan rasa pada setiap hamba-hamba-Nya. Sore itu juga, aku adalah orang yang dipinjami rasa bagaimana berpisah.

Entah dari mana berkelebat, tiba-tiba aku terkenang pada paras itu, mengenang suatu saat nanti aku yang akan berdiri disini, mengantar di pintu bandara menuju negeri yang tak pernah kulihat bahkan kubayangkan sebelumnya. Mungkin akan sedikit berbeda dengan suasana sore ini, aku tak kan mampu menahan air bening mataku, dan bungkam sampai petugas bandara memintaku tak turut masuk.

Lalu lirih ku katakan...
Auf Wiedersehen Meine Liebe
Ami Tumoke Valobasi..
Bis Bald Meine Liebe

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, sampaikan salam anda disini ya :)