Ijen Festival
Bondowoso - Miniatur
Warna – Warni Budaya Dunia
The Participants of Ijen Festival 2012 |
Festival
skala internasional yang digagas oleh putra-putri daerah, yang tergabung dalam
grup Bondowoso di jejaring social Facebook ini, merupakan salah satu ajang yang
dikemas untuk meningkatkan serta mengenalkan potensi wisata yang ada di
Bondowoso. Selain itu, ide cerdas ini juga bertujuan untuk meningkatkan wawasan
serta kemampuan berbahasa masyarakat Bondowoso, khususnya pelajar.
Bekerjasama
dengan sekolah MTs. At Taqwa Bondowoso dan didukung penuh oleh Pemerintah
Kabupaten Bondowoso, event ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat
Bondowoso dan sekitarnya, bahkan kedepan akan diagendakan menjadi event tahunan
Kabupaten Bondowoso, yang akan menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke
Bondowoso, serta diharapkan mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat
setempat.
Boleh
dikatakan, Festival semacam ini adalah yang pertama di Indonesia, mungkin juga
di dunia. Sesuai tag line dari Ijen
Festival, The Languages & Cultures
Exchange Festival, peserta diharuskan saling bertukar bahasa, belajar dan
mengajar, sekaligus saling memperkenalkan budaya mereka masing-masing. Peserta
juga diwajibkan mengikuti Lingua Culture
Carnival, dalam karnaval tersebut, seluruh peserta menampilkan bahasa dan
budaya dari negaranya masing-masing kepada seluruh masyarakat yang menonton di
sepanjang jalan kota Bondowoso.
Total
peserta yang datang adalah 50 orang, dari 54 peserta yang sudah terpilih. Ada
17 warga Negara asing dari 12 Negara meliputi Prancis, Italy, Lithuania,
Estonia, Czech, Polandia, Yunani, Iran, Uzbeckistan, Pakistan, Brunai
Darussalam, dan Filipina, serta 33 warga
Indonesia dari berbagai daerah, Bandung, Jogjakarta, Sumatera Barat, Surabaya,
Madura, Jember hingga Lumajang. Seluruh peserta menginap di rumah warga – orang
tua siswa dan dituntut untuk saling berinteraksi dan bertukar budaya. Sesi
inilah yang dinilai peserta paling menarik, karena belum ada festival yang
melakukan hal tersebut.
Hari
pertama, kegiatan peserta lebih difokuskan pada perkenalan antar peserta, host,
siswa dan pendukung acara, selain itu mereka juga disuguhi berbagai macam
penampilan kesenian budaya khas Bondowoso dalam rangkaian acara Opening
Ceremony di Pendopo Bupati Bondowoso. Tak kalah menarik, peserta juga diajak
untuk bermain-main dalam game interaktif yang dinamai “Polyglot game”.
Polyglot Interactive Game |
Hari
kedua, seluruh peserta dan siswa dari berbagai sekolah memenuhi jalanan sekitar
kota Bondowoso, melakukan parade bahasa dan budaya. Dalam karanval tersebut,
peserta Ijen Festival berkeliling kota Bondowoso, sambil mengucapkan beberapa
kata-kata yang telah dipilih panitia, dalam bahasa mereka masing-masing. Selain
itu peserta juga menggunakan pakaian khas atau kostum kreatif cermin budaya
mereka.
Riuh
ramai menyemarakkan pawai budaya pagi itu, peserta tak tanggung-tanggung dalam
menghibur penonton, mereka menunjukkan atraksi tari-tarian di jalanan, dan yang
tak kalah serunya seluruh siswa membawa bendera merah putih melambai-lambaikan
pada peserta. Suasana hangat dan ramah sesuai dengan tema besar yang diusung
festival kali ini, The Hospitality of The World.
Lepas
dari kegiatan parade, peserta dihadiahi jalan-jalan gratis ke beberapa tempat
wisata di Bondowoso, tujuan pertama adalah Kebun Kopi Kalisat Jampit, disana
mereka dikenalkan pada proses pengolahan biji Kopi Arabica, Bulan Juni adalah
bulannya panen raya Kopi Arabica, berdasarkan info dari PTPN XII, kopi
perkebunan Jampit Bondowoso, adalah kopi terbaik di dunia, tak salah jika
banyak penikmat kopi, seringkali datang berkunjung ke sini hanya untuk
merasakan nikmatnya kopi nomor satu dunia.
Kopi
unggulan dari perkebunan ini adalah kopi luwak, peserta juga diajak mengunjungi
pusat pengawasan pemeliharaan luwak yang juga menjadi satu dengan kawasan Hotel
Arabica di Pabrik Kopi Kalisat Jampit. Disana juga ada perkebunan strawberry
yang panen setiap hari Kamis.
Menjelang
tengah malam, peserta diajak mendaki ke kawah Ijen, start dari Pal Tuding,
Sempol Bondowoso, ke-50 peserta sangat antusias meski hawa dingin hingga 12oC
menusuk tulang. Ini adalah spot utama yang mereka ingin datangi. Api biru yang
menjadi daya tarik Kawah Ijen, membuat peserta benar-benar terpesona akan
kecantikan kawah Ijen. Untuk dapat melihat api biru, pendakian minimal
dilakukan pada pukul 11 malam, karena menjelang dini hari sekitar jam 3 pagi,
api biru sudah tidak terlihat.
photo courtesy by : Bosamba Rafting team |
Gerimis
petang itu, tak sedikitpun mengurangi keceriaan peserta untuk terus beraktivitas,
hingga tiba waktunya pulang dan saling berpamitan. Semoga tahun depan bisa
berjumpa lagi.
“Dan pada riak jeram kularungkan segala rasa, terpias birunya binar kebahagiaan dalam kisi-kisi percikan air memecah bekunya jiwa”
aaaaaaah ngences liat ijen dan mupeng pengen rafting huuuuuuuuuuuuft...
ReplyDeleteayooo kapan kesana? :D
ReplyDeleteSukses ya mba^^
ReplyDeletesemoga tahun depan bisa lebih banyak lagi pesertanya
terima kasih :)
ReplyDeleteAmin semoga lebih baik