Cerita ini bukan fiktif tapi asli dari kejadian langsung di TKP selama korban saya dampingi. Untuk kebaikan ummat, dan atas nama etika penulisan, maka nama dan tempat serta merek minuman dirahasiakan.
Dua
tokoh yang akan diceritakan disini adalah sisi lain kehidupan seorang yang
lugu, tulus sekaligus konyol, yang mungkin nanti akan membuat anda terpingkal
sejenak, jadi bersiaplah untuk tertawa bersama saya.
Dua
orang ini adalah kakak beradik, yang mengadu nasib bekerja sebagai asisten
rumah tangga, pada sebuah keluarga di Surabaya.
Missiya, sebut saja begitu, sang adik yang lebih dulu merantau ke Surabaya, dan telah
menjadi bagian dari keluarga ini sejak 8 tahun yang lalu.
Sedangkan
Sumi adalah kakak satu-satunya, yang menikah dengan pemuda tetangga desa, dan
telah dikaruniai satu anak, namun sayangnya perjalanan rumah tangga mereka
penuh liku, sehingga mengharuskan Sumi, mengikuti jejak adiknya ke Surabaya.
Missiya
adalah gadis polos, jujur dan giat bekerja. Wajahnya sebenarnya cukup manis,
tapi mungkin karena tergilas oleh waktu dan beban hidup, membuat penampilannya
lebih tua dari umurnya. Saat ini, usia missiya sekitar 27 tahunan, seorang perempuan
desa yang tidak tamat SD. Meski tidak bisa baca dan tulis, anehnya si Missiya
ini tidak gaptek lohh.. dia bahkan bisa mengirim sms, dan dari situlah dia bisa
membaca dan menulis, meski kadang isi sms-nya sedikit kacau.
Adik
bungsu Sumi ini, orangnya sedikit aneh, bagi yang pertama bertemu dengannya,
karena postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi, berkulit sedikit sawo matang
menjelang busuk, dan kalau diperhatikan, diam-diam seperti orang yang sering
terkejut.
Badannya
terguncang setiap jeda waktu 5 hingga 10 menit, dan mengeluarkan suara seperti
orang bersendawa. Entah kenapa awal mulanya, tapi saya menyebutnya latah. Karena Setiap ada orang yang
mengejutkan dia atau melarangnya justru akan dilakukan.
Pernah
suatu ketika, saya memboncengnya naik sepeda motor keliling Kota Surabaya. Dia
merajuk minta diantar jalan-jalan, alasannya bosan dirumah dan stress.. hehe
bisa juga nih alasannya. Dan ketika berada di atas motor, seperti yang sudah
saya duga, insiden kecil terjadi, dia mulai latah karena girang.
Itu
pertama kalinya dia saya bonceng motor, saya menyuruhnya menggunakan helm, dan
begini dia bilang :
“Addoooh bak..saya ga suka pake helm,
berat kepala posseng, saya pengen kena angina” katanya merajuk kental dengan logat Maduranya.
“Laah kalau gak pakai helm ntar
ditangkep polisi” jawabku sabar
Dan
ketika motor mulai melaju, Ya Tuhan dia senyum girang bukan main, setiap orang
yang dikenal di sepanjang gang, disapanya dan mengatakan..
“Halooo..
dadaaa saya mau jalan-jalan…” teriaknya, orang-orang
pun geli melihatnya.
Tak cukup itu, ketika berada di jalan raya, dia
mulai berguncang-guncang, entah karena senang atau takut berada diantara
lintasan mobil dan motor yang lain. Kemudian saya anjurkan untuk tenang dan
jangan bergerak, karena nanti motor bisa oleng. O la la... saya lupa dia latah,
ketika dilarang pasti akan dilakukan, dia menambah ”kecepatan” mengguncang-guncang tubuhnya, dan mulai teriak
panik..
Untung saja jalanan lagi ramai, jadi teriakannya
tidak terdengar orang, kalau saja orang lain sampai mendengar, bisa-bisa saya
dikeroyok massa karena dikira bawa kabur gadis dibawah umur..#jiaaaah tepokk
jidatt! Awalnya saya sedikit panik, kalau dia mulai latah, berkat ilmu
psikologi dari seorang teman, ada cara jitu yang bisa membuatnya tenang, dengan
menyuruhnya mengucap istighfar
”Ehh shhsss..
istighfaar mbak..istigfaar.. nyebutt..nyebutt.. ” ucapku menenangkannya sambil
terus konsentrasi pada lalu lintas
”Istigghfaaarr...istigghfaarr...
Istigghhfaaar... nyebuttt...nyebuttt...buttt buttt..” jawabnya tanpa beban..
Sontak saya terpingkal diatas motor, sambil terus
menahan geli. Aduhh bukannya malah beristighfar malah mengikuti apa yang saya
ucapkan. Yaa saya sih yang salah,
harusnya mengatakan lafadz ..Astaghfirullahaldzim
.. agar dia mengikuti. Hmmm Dasar Latah! Ehh tapi ajaib, dia langsung
tenang.. terima kasih Tuhan!
Lelah berkeliling kota Surabaya, meski hanya saya
ajak mlaku-mlaku ke daerah Tugu
Pahlawan, Ampel, dan Kenjeran, tapi dia girangnya bukan main, katanya sudah gak
stress. Tapi sialnya hilang stress muncul lapar, artinya saya harus mengajaknya
makan.
Pempek
Palembang menjadi pilihan saya, kebetulan di Jalan Indrapura Surabaya, ada pempek
Palembang yang paling enak se Surabaya, versi saya loh.. Kami memesan 2 porsi pempek
kapal selam dan lanjaran. Setelah kenyang melahap menu asal Kota Wong Kito,
kami melanjutkan perjalanan, dan tiba-tiba dia bertanya.. ”Enaak bak .. berapa itu tadi sepiring..?” selidiknya ingin tahu.
Saya jawab ”40ribu satu porsi..”
.. Dia sedikit kaget dan bergumam.. ”addooohh cek mahalnyaa bak, itu mon
kebellih berress kan bisa telo areh..” dengan bahasa Madura yang totok, (waduh
mahal banget, kalau dibelikan beras kan bisa tiga hari tuh mbak..)
Geleng kepala sekaligus bersyukur, karena dari dia
saya belajar menghargai hal-hal yang selama ini sering saya anggap sepele. Bagi
kita mengeluarkan uang 50ribu hingga jutaan mungkin wajar kalau untuk makanan,
tapi bagi dia, makanan itu sebagai pengganjal perut, dan nanti akan dibuang
juga besoknya. Jajan satu porsi dengan harga 5 porsi nasi untuk keluarganya itu
kurang arif menurutnya. Subhanallah!
Malam menjelang, kami berhenti disebuah kedai
pinggir jalan, sekedar membeli minuman pelepas dahaga. Dia saya biarkan memilih
apa yang dia suka, dan pilihannya jatuh pada sebotol minuman teh bersoda, sedangkan
saya memilih susu UHT rasa strawberry.
Sedang asyiknya saya menikmati susu UHT, sambil
melepas lelah.. saya terhenyak oleh teriakan yang saya kenal. Dia sedang duduk
dipinggir kedai, dekat penjual gorengan, sambil memuntahkan apa minuman tadi,
lalu berteriak-teriak..
”
bwuuahhhhh.. aphhghahah.. bhaaahh.. addooooo baaaakkk.. apaaa iniiii... minuman apaa ini... tokonya gilaa jual
minuman campur semutt..” teriaknya sambil meringis
Saya kaget, ahh apa yang dia ambil minuman
kadaluarsa, atau mungkin ada kontaminasi hazardous
goods (wahh sok lulusan teknologi pangan hehe). Saya sambar botol
minumannya, lalu saya cek tanggal kadaluarsanya masih lama, saya periksa isi
dalam botolnya .. tidak ada hal-hal yang mencurigakan.
”kenapa..
ada apa..???” tanya saya panik..
”ini loo
bak.. kok ada semutnya, aku minum itu trus lidahku dikerubungi semut, seperti
digigit-gigit.. ” jawabnya polos..
Dan semua orang yang sedang antre gorengan pun
tertawa terpingkal-pingkal, mendengar penjelasan Missiya.. saya pun ikut
tergelak sejadi-jadinya, sampai yang punya kedai tergopoh berlari mengambilkan
air minum.
Akhirnya saya jelaskan, ”Mbak.. ini bukan ada semutnya, ini namanya minuman soda, jadi kalau
kita minum memang ada rasa seperti clekit-clekit kaya digigit semut”
jawabku sambil menahan geli..
Koplaaaaaakkkk..!
Lucuuuu amat ... Tapi kasihan donk ...
ReplyDeleteOrang yg ngak pernah lihat dunia.
Trims buat kamu yg membantu dia
hahahahahah
Delete