Menu makan siang kali ini adalah Nasi Ayam, sajian
khas dari Restoran Sepoi-Sepoi di Golden Palm Tree. Siang yang terik sebelum
kami meninggalkan resort yang cantik ini, ditemani es kelapa muda yang telah di
mix sari dan buahnya, menyegarkan pikiran
yang mulai lelah.
Siang ini rencananya akan mengunjungi Bukit Melawati
di Kuala Selangor, seusai info yang saya
terima kita akan naik trem keatas bukit, dan disana sudah ada keluarga besar
yang akan menyambut kedatangan kita, yaitu monyet-monyet bukit he he he
Bukit Malawati, merupakan salah satu tempat bersejarah
di Selangor, boleh dibilang bukit ini adalah puncak kejayaan Kesultanan
Selangor pada masanya, Saya kurang tahu jelas berapa ketinggian bukit ini, yang
jelas ketika berada di puncaknya kita bisa mengamati pemandangan yang luas
membentang menghadap Delta Malaka.
Sejarah menulis, tempat ini adalah kubu pertahanan
Kesultanan Selangor pada masanya, untuk memantau pergerakan kapal-kapal dagang
maupun kapal perang yang melintasi Selat Malaka dan Kuala Selangor. Nah itu
mengapa saya member judul tulisan ini sebagai Puncak Kejayaan Negeri Selangor,
karena dari sinilah Kesultanan Selangor bisa memantau dan mengawasi segala
aktivitas rakyatnya maupun aktivitas penyusup dan musuh yang ingin memerangi
Negeri Selangor pada masa itu.
Kami berhenti di tempat pemberhentian trem, semua
turun dari bus dan seperti biasa aksi jeprat-jepret pun dimulai. Pengunjung
lain juga sedang antri untuk naik trem menuju bukit. Waktu masih di Golden Palm
Tree, “trem” saya pikir seperti kereta listrik di Inggris atau sejenis kereta
seperti yang ada di Penang Hill.. wahh saya salah besar, kalau di Surabaya ini
mah bukan trem heheh.. ini namanya
kereta mini, atau biasa disebut odong-odong ha ha ha, tapi seru juga
Jujur saya tidak terlalu tertarik dengan spot yang satu ini, kenapa..??! bukan
karena tempatnya tidak cantik.. tapi karena ada MONYET! Ada trauma masa kecil
dengan binatang satu ini, waktu kecil saya sering diajak tamasya keluarga baik
dalam kota maupun luar kota, dan Bali menjadi tujuan paling sering dikunjungi,
Nah… tahu kan Sangeh tempatnya apa??
Trauma saya berawal dari sini, saya sedang berjalan
melenggang dengan sandal baru dari Ibu, tiba-tiba ada monyet yang naik keatas
kepala saya, sontak saja saya langsung teriak nangis ketakutan. Sejak itulah
saya tidak suka dekat-dekat dengan hewan, apalagi monyet. Anyway the show must
go on, saya harus tetap ikut tur meski dengan hati was-was.
Selama perjalanan menuju puncak bukit, saya melihat
beberapa bangunan dan makam Raja-Raja, dan satu yang mengusik keingintahuan
saya, ada tulisan “Perigi Beracun”, tapi sayang kami tidak berhenti disitu. Entah
apa arti perigi tanya saya dalam hati, yang jelas ada tulisan “poisoned well”
itu berarti sumur beracun.
Konon ceritanya, sumur itu dulunya diisi dengan ramuan
getah-getah dan daun beracun untuk diberikan kepada para pengkhianat Negara. Tapi
sekarang sumur itu sudah tidak beracun lagi, hanya terisi oleh air hujan, namun
ditutup untuk keamanan pengunjung.
Kami turun tepat di depan jejeran meriam tua yang
sudah tidak berfungsi lagi, saya melihat jejeran meriam tua berwarna hitam,
yang menghadap tepat ke selat malaka. Di samping jejeran meriam ada sebuah
bangunan menyerupai musholla, dan ternyata itu tempat untuk melihat hilal – saat menentukan awal dan akhir
puasa Ramadhan.
Di bagian belakang jejeran meriam itu, ada sebuah
bangunan yang dulunya adalah kediaman resmi pegawai Daerah Kuala Selangor, di
halamannya juga ada mercu suar tapi tidak tahu jelas apakah masih berfungsi,
karena hari itu museum sedang tutup libur nasional, jadi kami tidak bisa
mengeksplore lebih banyak.
Nah diujung jalan yang lain, monyet-monyet hitam
berekor panjang sudah menunggu kami. Saya berusaha meredam rasa takut, meski
wajah tidak bisa menyembunyikan, saya berjalan dibelakang orang lain, jadi
kalau terjadi apa-apa tinggal saya peluk minta tolong hehehehe maunyaa.. !
Rasanya saya ingin segera keluar dari tempat itu
daripada stress ketakutan, karena ada seekor monyet kecil yang entah kenapa
tergeletak di pinggir jalan, kemudian ketika bang Syafrie mencoba mendekati
untuk memeriksanya, si induk monyet itu tadi langsung lari menghampiri dan
berteriak, seolah memanggil kawanannya, kemudian tiba-tiba monyet jantannya datang,
dan mereka berdua saling berteriak-teriak, seolah menangisi kondisi anaknya
yang malang tak bernyawa.
Kami semua berusaha menjauh, menandakan tidak ingin
mengganggu, kemudian dua induk monyet itu, membawa bangkai anaknya ke
gerombolan monyet yang lain. Ya mungkin mereka mencari tahu, kenapa anaknya
bisa mati. Sedih deh jadinya. Oh ya Monyet ini tergolong unik, karena ketika
masih kecil bulunya berwarna kuning keemasan, sedangkan jika sudah mulai
beranjak dewasa, warnanya akan berubah menjadi hitam abu-abu. Sekilas bentuknya
mirip kartun marsupilami :D
Okey.. trem
sudah datang, saatnya kita pulang untuk melanjutkan perjalanan ke kampung
kunang-kunang. Dan dalam perjalan menuju Kampung Kuantan, kami berhenti di
Restoran River View untuk makan malam, lebih awal sih dari jadwal makan biasanya, ini karena perjalanan ke Kampung
kunang-kunang akan memakan waktu sedikit lama.
Restoran disekitar tempat ini, Kuala Selangor,
kebanyakan menjual menu masakan seafood dan restoran river view yang kami datangi,
adalah yang paling enak diantara tempat lain. Ciri khas restoran Cina, mereka
selalu menggunakan meja bundar daripada meja persegi.
Menu masakan yang disajikan semuanya lezat, dan tuntas
habis oleh kita semua.. langsung saja dilihat foto-fotonya ya..
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung, sampaikan salam anda disini ya :)