Sejatine Urip Mung Ngampung Dolan

Responsive Ads Here

Sunday, June 26, 2016

Suamiku Muallaf

Our Wedding Pose

Proses perkenalan dan menikah yang begitu cepat antara aku dan dia, hingga prosesi nikah yang hanya dihadiri oleh keluarga dan teman dekat, membuat orang lain banyak berkomentar kok gak ngundang-undang sih .., tapi bukan berarti saya tidak mengingat anda :)

Tidak mengundang banyak teman dan kenalan dalam acara pernikahan saya, bukan berarti saya tidak mengingat anda .. kawan-kawanku sayang! tapi lebih karena waktu yang sangat sangat terbatas untuk mengurus semuanya, dan percaya deh .. bahwa ketika jodoh itu datang, semuanya seperti melesat begitu saja .. lalu SAH! :)

Maka melalui tulisan ini, ijinkan saya memohon maaf dan mengenalkan siapa lelaki yang menyunting saya .. ciiikiwiir :D, sekalian saya mendoakan untuk semua teman dan sahabat, yang masih berjuang menuju pelaminan, maupun sedang berikhtiar untuk bertemu jodohnya .. InsyaAllah pasti ketemu .. sabar ya!


Yup ... sebelumnya tidak pernah saya bayangkan sama sekali, saya akan menikah dengan lelaki ini, kami tidak pernah bertemu sama sekali, dan saya juga tidak tahu menahu awalnya tentang lelaki ini. 

Lelaki berkewarganegaraan Belanda, dengan background keluarga mix cultures (African Root - Suriname - Indian - Curacao) tentunya menjadi hal baru bagi saya, yaah iya sih saya dulu sempat kenal beberapa orang asing :P tapi seagama, sedangkan dia terlahir sebagai Nasrani - Jehovah dari pihak ibunya. Bahkan ibunya adalah anggota aktif Gereja Jehovah di Belanda.

Kami kenal dari salah satu situs trading, tempat saya berjualan. Pendek kata, si Meneer ini buyer saya. Awalnya kami berkomunikasi perihal dagang dan jual beli. Dia memesan kaos untuk small business yang sedang ia kembangkan dengan komunitasnya. 

Pertama kami saling berkomunikasi di Bulan Januari 2015, kemudian dilanjutkan order produk pada bulan yang sama. Setelah itu sempat terhenti komunikasinya, hingga di awal April 2015, kami kembali berkomunikasi tentang produk yang ingin dia pesan kembali.

Sejak itu, kita saling berkomunikasi baik via e-mail, whatsapp, dan tango. Perbedaan waktu siang dan malam, membuat kami kadang harus berkomunikasi terbalik. Ketika di Indonesia jam kerja, disana masih jam tidur dan sebaliknya. 

Entah dari mana awalnya cinta itu berkembang :) semuanya berjalan sangat cepat, menurut si Meneer, dia mengagumi kemandirian saya. kami lebih intens hingga berujung pada pembicaraan yang serius.

Sempat saya ragu, karena perbedaan agama juga beberapa hal pribadi masing-masing. Hampir saja kami putus, kemudian dia mulai mengenalkan saya pada ibunya. Berkat nasehat salah satu sahabat saya, akhirnya hubungan ini berlanjut hingga dia dan ibunya datang ke Indonesia, tepat tanggal 13 Januari 2016

Kami memutuskan menikah secara Islam, dia menyatakan diri menjadi muslim (muallaf) beberapa hari sebelum kami menikah di Masjid At Tawqa Bondowoso, dan yang membantu ikrarnya adalah bapak KH. Achmad Shodiq, selepas shalat magrib disaksikan seluruh jama'ah yang datang ketika itu.


Suasana haru ketika saya diminta mendampingi untuk membantu menterjemahkan apa yang diucapkan Pak Kyai Shodiq. Masih tergambar jelas suasana yang syahdu, haru dan membuat hati saya bergetar, betapa Allah memilih orang untuk berada di Jalan-Nya. Banyak orang mendokumentasikan momen spesial tersebut, yang mungkin jarang terjadi di kota kecil saya.

Ikrar Syahadat diucapkan dengan mantap dan lancar, saya dan seluruh orang yang hadir menangis haru, bahkan suami saya pun menangis deras disambut salam dan shalawat setelahnya. Seluruh jama'ah laki-laki mengucapkan selamat dan memberi pelukan hangat kepada suami. Dia bilang tiba-tiba ada rasa damai yang selama ini ia cari sehingga membuatnya menangis.

Bacaan shalawat menggema memenuhi masjid tertua itu, seolah menyambut kedatangan saudara baru dalam teduhnya Iman dan Islam... Welcome to this beautiful faith my man! May Allah lead you to the rightest path till Jannah InsyaAllah .. I do love you because of Allah ..

Sepekan setelah kami menikah, barulah saya mengirimkan broadcast messages ke beberapa teman dan kolega atas pernikahan kami, ada tanggapan positif dan ucapan selamat, tapi ada juga komentar yang membuat hati ini heran.

Ada beberapa komentar dari beberapa teman yang jauh disana, seolah ingin tahu tapi juga kurang empati menurut saya sih.. tiba-tiba mereka memberondong saya dengan pertanyaan ..

"Kamu yakin nih nikah sama bule .. gak takut dia balik ke agamanya lagi?"
"soalnya ada nih kasus temen saya, dia "akhwat" gitu deh trus menikah sama bule sampai di bawa ke negaranya, eh taunya suaminya balik lagi ke agama asal"
"emangnya kamu gak mau ya nikah sama orang Indonesia, kok sampe jauh-jauh sama orang asing"

Duh .. bayangkan ketika pertanyaan ini untuk anda, kira-kira apa yang anda pikirkan? Kalau saya menuruti amarah, jelas saya jengkel dengan orang yang mengirimkan pesan ini, kita sudah jarang bertatap muka, silaturrahim pun gak pernah, lalu tiba-tiba begitu hehehe 

Ya dimaklumi saja, mereka tidak berada pada posisi saya, begitu juga sebaliknya. Jawaban saya sederhana, bahwa apa yang saya lakukan dan putuskan itu bukan hasil pemikiran sehari dua hari, terkait dengan menjadi muallafnya suami saya, benar-benar diluar kuasa dan kehendak saya. 

Boleh jadi dia menjadi muallaf karena memang mencintai saya dan ingin menikah dengan saya, tapi saya yakin hanya Allah yang mampu membolak balikkan hati ini. Dan bukan saya yang menjadi lantaran muallafnya suami. Boleh jadi hidayah itu "lewat" saya. 

Jadi saya sendiripun tidak berani menjamin 100% bahwa suami saya akan tetap dalam Islam, tapi doa saya selalu kepada Allah untuk menetapkan hati ini dan hatinya untuk saling mencintai karena Allah hingga surga-Nya .. Insya Allah.

Dan kalau boleh saya share, semenjak menjadi muslim .. dia tidak pernah meninggalkan shalat 5 waktu sekalipun, bahkan shalatnya tepat waktu. Yang kadang membuat saya terharu, dia belajar lebih banyak daripada saya, sampai-sampai dia "dakwah" kepada Ibunya yang menganut Jehovah, mengenalkan Islam

Sekarang dia juga sedang belajar berpuasa, meski harus melewati 20 jam baru berbuka .. walaupun selama ini bacaan dan gerakan shalatnya masih dibantu video dari youtube, tapi beberapa hari yang lalu, dia memberi saya kejutan manis melalui video call, dia sudah hafal Surat Al fatihah dan melantunkan dengan suara yang merdu!

Hadiah manis di minggu ketiga Ramadhan .. doakan kami ya teman-teman, semoga selalu berada di Jalan Allah, dan dikaruniai anak-anak yang sholih sholihah..  mau hidup di Belanda atau di Indonesia, hati kami tetap sayang kalian ..

Mudah-mudahan setelah lebaran saya bisa segera mengunjungi Belanda 

Selamat berbuka ya ..
Ramadhan 21, 1437 H


6 comments:

  1. Wow..selamat ya mbaak ..ikut senang..semoga langgeng yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih mbak Dewi :) Aamiin semoga sampean juga begitu ya

      Delete
  2. aaaaaaaaaaak sweet :")
    alhamdulillah ya mak, semoga ibadahnya juga jadi makin sempurna

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih ya mbak :) aamiin semoga begitu juga dengan anda

      Delete
  3. mau bule mau indonesia, cinta dan jodoh kan Allah yang nentuin ya mbak, kita cuma bisa berikhtiar. Selamat ya mbak, mugi2 langgeng sampai maut memisahkan yaaa...
    Salam kenal :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mbak Imelda :) terima kasih doanya, aamiin semoga juga begitu dengan mbak Imelda, salam kenal juga ya

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, sampaikan salam anda disini ya :)